Goalball adalah olahraga tim yang dirancang khusus untuk orang yang memiliki hambatan penglihatan, awalnya dirancang pada tahun 1946 oleh Austria Hanz Lorenzen dan Jerman Sepp Reindle sebagai sarana untuk membantu rehabilitasi para pejuang tuna netra di Perang Dunia II.
Goalball secara bertahap berkembang menjadi permainan yang kompetitif selama tahun 1950 dan 1960-an, dan akhirnya dinominasikan sebagai olahraga demonstrasi di Musim Panas 1976 Paralimpiade di Toronto.
Goal Ball jika dikembangkan secara kreatif bisa jadi olahraga alternatif untuk terapi kepekaan dan ketangkasan ketika dalam keadaan gelap gulita. Hanya mengandalkan pendengaran, dan tentu dengan tritmen-tritmen tertentu secara psikologis, Goal ball bisa menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan. Meskipun dalam hal ini tuna netra akan menjadi ahlinya, namun bukan hal sepele ketika orang biasa dapat melakukannya untuk mengasah empati dan mengasah ketangkasan dalam keadaan yang sangat minimal. Dengan olahraga goal ball ini tentunya jika bisa di buat sepopuler mungkin akan bisa menepis tahayul tentang aktivasi otak tengah yang bisa mengeruk duit klien jutaan rupiah tersebut.
Di dalam Satu tim dianggotai tiga orang pemain, dengan kacamata google yang sudah digelapkan. Mereka bermain di sebuah arena dengan luas 18 x 9 meter, dan gawang sepanjang 9 meter di kedua sisinya dengan tinggi 130 meter. Saat menyerang, tim itu tidak boleh melebihi batas pelemparan bola yakni 9 meter. "Bolanya pun harus dipantulkan dulu sebelum jarak 9 meter. Hampir seperti tenis," jelasnya.
Saat diserang, tim lawan mesti menghadang bola dan tidak diperkenankan maju sampai 3 meter. Adapun bola yang digunakan yaitu bola karet kempes sebesar bola basket yang telah diisi lonceng.
Goal Ball melarang pemain dan penonton untuk bersuara. Jika ada pemain atau penonton yang mengeluarkan suara, maka wasit tidak akan memulai pertandinga. Peraturan itulah yang menyebabkan koordinasi antar pemain dilakukan dengan sandi berupa tepukan tangan ke lapangan.
Goalball secara bertahap berkembang menjadi permainan yang kompetitif selama tahun 1950 dan 1960-an, dan akhirnya dinominasikan sebagai olahraga demonstrasi di Musim Panas 1976 Paralimpiade di Toronto.
Goal Ball jika dikembangkan secara kreatif bisa jadi olahraga alternatif untuk terapi kepekaan dan ketangkasan ketika dalam keadaan gelap gulita. Hanya mengandalkan pendengaran, dan tentu dengan tritmen-tritmen tertentu secara psikologis, Goal ball bisa menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan. Meskipun dalam hal ini tuna netra akan menjadi ahlinya, namun bukan hal sepele ketika orang biasa dapat melakukannya untuk mengasah empati dan mengasah ketangkasan dalam keadaan yang sangat minimal. Dengan olahraga goal ball ini tentunya jika bisa di buat sepopuler mungkin akan bisa menepis tahayul tentang aktivasi otak tengah yang bisa mengeruk duit klien jutaan rupiah tersebut.
Di dalam Satu tim dianggotai tiga orang pemain, dengan kacamata google yang sudah digelapkan. Mereka bermain di sebuah arena dengan luas 18 x 9 meter, dan gawang sepanjang 9 meter di kedua sisinya dengan tinggi 130 meter. Saat menyerang, tim itu tidak boleh melebihi batas pelemparan bola yakni 9 meter. "Bolanya pun harus dipantulkan dulu sebelum jarak 9 meter. Hampir seperti tenis," jelasnya.
Saat diserang, tim lawan mesti menghadang bola dan tidak diperkenankan maju sampai 3 meter. Adapun bola yang digunakan yaitu bola karet kempes sebesar bola basket yang telah diisi lonceng.
Goal Ball melarang pemain dan penonton untuk bersuara. Jika ada pemain atau penonton yang mengeluarkan suara, maka wasit tidak akan memulai pertandinga. Peraturan itulah yang menyebabkan koordinasi antar pemain dilakukan dengan sandi berupa tepukan tangan ke lapangan.
0 komentar:
Posting Komentar